Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2023

Tugas 2 - Kesimpulan dari Ujian Terbuka Promosi Doktor Pandu Pramudita

Inovasi Dalam Bentuk Figur Kayon Wayang Kulit Purwa Gaya Surakarta Kesenian wayang kulit tidak hanya memiliki nilai adi luhung pada aspek pertunjukan dan sastra, tetapi pada aspek bentuknya.  Seiring berkembangnya zaman, b entuk figur kayon di Surakarta ini mengalami perubahan dan muncul berbagai ragam bentuk.  Awal kemunculan figur kayon itu pada tahun 1522 masehi/1443 tahun saka, yang diketahui pada sengkalan memet yang berbunyi ''Gendi Dadi Sucining Jagat'' yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga. Kemudian muncul bentuk baru  figur kayon kedua  yang diciptakan oleh ''Sri Susuhunan Paku Buwono 2'' dengan sengkalan memet ''Gapuro Limo Retuning Bumi'' pada tahun 1659 jawa/1739 masehi. K emudian pada perkembangan bentuk figurnya, diketahui pada tahun 1856 masehi ada koleksi dari museum di Belanda, di mana bentuk figur kayon ini muncul isiannya dengan bentuk sakembaran harimau dan Banteng atau macam dan Banteng. Rumusan Masalah: 1.Bagaimana ino

Contoh Semiotika dalam Kehidupan Sehari-hari

Gambar
Semiotika dalam kehidupan sehari-hari  Semiotika adalah ilmu yang mengkaji tentang tanda. Semiotika diambil dari kata bahasa yunani:  semeion,  yang berarti tanda. Tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu. Proses mewakili itu terjadi pada saat tanda itu ditafsirkan hubungannya dengan yang diwakilinya.  Proses tersebut disebut sebagai  semiosis.  Semiosis adalah proses di mana suatu tanda berfungsi sebagai perwakilan dari apa yang ditandainya.  Proses semiosis sering disebut sebagai signifikansi/ signification .  misalnya burung garuda mewakili Indonesia. Proses tersebut disebut sebagai  semiosis. Peirce seperti yang dikutip oleh Noth (Hoed, 1992, hlm. 3) berpendapat bahwa “ triple connection of sign, thing signified, cognition produced in the mind ”. Artinya, ketiga koneksi dari tanda, sesuatu yang disignifikasi, dan kognisi dalam semiotika dibentuk dalam pikiran.Di halaman yang sama Peirce juga mengatakan bahwa “ Nothing is a sign unless it is interpreted as a sign ” atau tanda tida